Faperta IPB

87

Sagu, Tanaman Masa Depan Yang Masih Terlupakan

NEWS

Sagu, Tanaman Masa Depan Yang Masih Terlupakan

[boc_heading]Sagu, Tanaman Masa Depan Yang Masih Terlupakan[/boc_heading]

Sagu (Metroxylon spp) merupakan tumbuhan tropika yang tumbuh secara luas di Indonesia, Malaysia, dan Papua New Guinea. Seiring dengan beralihnya makanan pokok dari non beras ke beras, sagu mulai dilupakan. Sampai saat ini sagu merupakan tanaman penghasil karbohidrat tertinggi dibandingkan dengan tanaman budidaya penghasil karbohidrat lainnya. Tanaman ini masih tumbuh secara alami sehingga banyak tumbuhan ini berproduksi jauh di bawah kemampuannya bahkan dibiarkan mati tanpa dipungut hasilnya.

Tanaman sagu di Indonesia tersebar di Aceh, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, dan Papua. Papua merupakan satu-satunya provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah sagu terbanyak yaitu lebih dari 50% sagu Indonesia.

Banyak peneliti Jepang melakukan serangkaian penelitian tentang sagu selama puluhan tahun. Mereka menganggap sagu merupakan tanaman masa depan yang apabila dikelola dengan baik akan menyelamatkan manusia karena pati sagu tak hanya bisa dijadikan makanan pokok dan jajanan, tapi juga dapat dijadikan bahan baku agroindustri. Pati sagu dapat dikonversi menjadi biofuel (ethanol), polylaktat (bahan baku plastik yang dapat terurai), sirop fruktosa (gula cair), dan glutamat (bahan penyedap), serta bahan baku industri lainnya.

Tanaman sagu selain menghasilkan pati dalam jumlah besar, tanaman ini juga dapat mengkonversi air tanah karena tanaman ini membutuhkan kelembaban tanah yang tinggi. Kawasan yang tergenang air sangat disukai sagu, namun bila selalu tergenang akan berakibat pada pertumbuhannya yang lambat dan produksinya yang rendah. Areal untuk budidaya sagu akan selalu dipertahankan kelembabannya. Ini sangat berbeda dengan perkebunan lain yang memerlukan drainase untuk membuang air ke luar areal. Suatu areal yang ditumbuhi sagu akan menyimpan banyak air yang sangat berguna bagi masa depan karena kekurangan air akan menjadi masalah yang serius bagi manusia, hewan, dan tumbuhan.

Tanaman sagu yang sangat potensial dikembangkan tersebut ternyata belum banyak diperhatikan oleh pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Padahal tanaman sagu tidak hanya menghasilkan pati dan bahan baku agroindustri. Tanaman ini dapat mengasorbsi emisi gas CO2 yang ditransmisikan dari lahan rawa dan gambut ke udara. Adanya tanaman sagu dapat mengurangi transmisi gas CO2 karena gas ini digunakan untuk fotosintesis.

Selain itu, kawasan yang tertutup rapat vegetasi termasuk vegetasi sagu akan menngakibatkan intensitas curah hujan yang tinggi namun aliran permukaannya kecil. Tanaman sagu yang mendominasi daerah aliran sungai juga dapat menghambat aliran air permukaan langsung ke sungai sehingga aliran air permukaan tersebut meresap ke dalam tanah menjadi air tanah. Dengan demikian air yang tersedia bagi makhluk hidup menjadi lebih banyak.
Budidaya tanaman sagu di IPB dipelajari di departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dalam mata kuliah Karbohidrat Non Biji dan Pemanis. Dosen pengajarnya yaitu Prof. Dr. Ir. H. M. H. Bintoro, M.Agr atau yang akrab dipanggil ‘Pak Bin’. Beliau adalah satu-satunya Profesor sagu yang dimiliki IPB.

Berbagai upaya dilakukan oleh Profesor Bintoro untuk memperkenalkan sagu kepada kalangan akademisi maupun instansi pemerintah. Salah satunya, Profesor Bintoro menggunakan cara yang unik untuk memperkenalkan sagu kepada mahasiswa bimbingannya melalui seminar “Prospek Kelapa Sawit dan Sagu dalam Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi” yang dilaksanakan pada 5 Februari 2013 yang lalu. Uniknya dalam seminar ini yaitu dihidangkannya makanan khas dari Maluku dan Papua yang berbahan dasar sagu. Makanan itu dikenal dengan nama “Papeda”. Penyajian Papeda dalam sebuah seminar ternyata mengundang banyak peserta untuk mencicipi makanan tersebut dan tidak sedikit diantara peserta yang mengatakan Papeda tersebut lezat. [teks/foto: Sulistio]

Referensi: Bintoro, M.H. 2008. Bercocok Tanam Sagu. IPB Press. Bogor 65 hal.

Document

[boc_img_gallery columns=”2″ fixed_size=”yes” image_ids=”24935,24936″]