Renstra Fakultas

Renstra Fakultas

Rencana Strategis Fakultas Pertanian 2015-2020

Download

“Membangun Faperta yang berbasis Riset, bertaraf Internasional dan Berperan Aktif mengatasi Masalah Nasional”

 

PENDAHULUAN

Pada era globalisasi, Indonesia akan menghadapi banyak tantangan dan ancaman. Namun demikian globalisasi juga dapat menjadi peluang untuk mencapai tujuan.  Pada akhir tahun 2015 segera diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dimana Indonesia masuk dalam zona perdagangan bebas. Indonesia dengan aktivitas perekonomian di sektor pertanian yang tinggi memiliki peluang yang besar untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,  dengan syarat harus memiliki daya saing yang tinggi atas barang dan jasa yang dihasilkan. Negara yang memiliki daya saing yang rendah akan berdampak negatif, seperti  meningkatnya  produk impor, penguasaan sumberdaya oleh asing dan meningkatnya jumlah tenaga kerja terdidik impor.

Sementara itu saat ini sektor pertanian menjadi salah satu fokus dari era pemerintahan baru. Kebijakan pertanian diarahkan pada kemandirian pangan yang ditargetkan tercapai pada 3 tahun mendatang.  Komitmen pemerintah yang besar terhadap pertanian diharapkan dapat menghindarkan Indonesia dari jebakan pangan dan meningkatkan penghargaan masyarakat terhadap pertanian. Namun demikian cukup banyak permasalahan bidang pertanian yang sedang dihadapi, seperti produktifitas lahan, kualitas SDM, alih fungsi lahan, ketersediaan air irigasi, masalah infrastruktur pertanian, meningkatnya OPT baru, input berkualitas, degradasi sumberdaya genetik, degradasi sumberdaya lahan dan sebagainya. Fakultas Pertanian (Faperta) IPB menjadi salah satu institusi yang diharapkan lebih berperan aktif  menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sejarah mencatat bahwa telah banyak sumbangsih Faperta dalam memajukan pertanian di Indonesia.

Cikal bakal Faperta telah ada sejak tahun 1940, dan pada tahun 1963 resmi menjadi bagian dari IPB.  Melalui berbagai proses yang panjang Faperta telah berkembang menghasilkan fakultas baru, departemen baru dan program studi baru. Saat ini Faperta terdiri dari empat departemen, yaitu 1) Departemen  Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (ITSL), 2) Departemen  Agronomi dan Hortikultura (AGH), 3) Departemen  Proteksi Tanaman (PTN), 4) Departemen Arsitektura Lanskap (ARL).  Departemen-departemen tersebut mengampu 23 Program Studi, yaitu 4  program  sarjana (S1), 12 program magister (S2),  dan 7 program doktor (S3).

Departemen-departemen tersebut telah banyak menghasilkan berbagai inovasi, pemikiran cerdas dan menghasilkan SDM berkualitas yang telah banyak berperan dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu maka semakin besar tantangan yang harus dihadapi oleh Faperta IPB. Tantangan itu harus dihadapi  dengan optimisme, kerja keras dan kerja cerdas. Faperta ke depan harus bertaraf internasional dan dapat meningkatkan perannya dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu Faperta harus selalu melakukan perbaikan yang berkelanjutan (continous imprevement) dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat), meningkatkan kerjasama nasional dan internasional, melakukan penguatan softskill mahasiswa, meningkatkan jiwa kewirausahaan, meningkatkan kesejahteraan dosen dan tenaga kependidikan, melakukan penguatan sistem manajemen serta perbaikan berbagai faktor pendukungnya untuk merealisasikan visi Faperta.

Visi Faperta 2030 telah selaras dengan visi IPB.  Visi jangka panjang IPB, seperti dinyatakan dalam PP No. 66 tahun 2013 tentang Statuta pada pasal 2 adalah:

Menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika”.

 

Visi IPB pada Renstra IPB 2014-2018 adalah:

“Menjadi perguruan tinggi berbasis riset, bertaraf internasional dan penggerak prima pengarusutamaan pertanian”.

Pada Renstra tersebut dijelaskan bahwa ciri-ciri perguruan tinggi berbasis riset adalah: (1). Memiliki kemampuan membangun sistem pendidikan pascasarjana dan sumber belajar berbasis riset, (2). Memiliki kemampuan untuk membangun sistem kolaborasi yang fokus pada sinergi riset berbagai disiplin ilmu atau inter/transdisiplin ilmu dan membentuk jejaring yang efektif dalam dan luar IPB, (3). Tersedianya dana dan sarana IPTEKS yang diperlukan dalam pengembangan inter/transdisiplin ilmu dan memberikan solusi bagi masyarakat dalam proses perubahan ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya yang berkesinambungan, dan (4). Terciptanya iklim riset yang konsisten dan hasil riset yang mampu berkiprah di ranah internasional dan berdampak pada peningkatan mutu IPB.

Ciri-ciri perguruan tiggi bertaraf internasional adalah: (1) Memiliki keunggulan berstandar  internasional di bidang pendidikan, riset dan publikasi, serta organisasi dan manajemen pendidikan (2) Memiliki sistem budaya kerja yang memenuhi standar internasional dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi hingga mampu menghasilkan lulusan berkualitas dan unggul di tingkat nasional dan internasional.

Penggerak prima dideskripsikan sebagai: (1). Unggul dalam membangun reputasi perkembangan IPTEKS, (2). Unggul dalam menguasai dan mengendalikan faktor-faktor penentu perubahan, (3). Menjadi rujukan dalam menghadapi ketidakpastian dan kompleksitas atas terjadinya perubahan, sedangkan pengarusutamaan pertanian adalah memposisikan sektor pertanian ke dalam lintas sektor dan terintegrasi menjadi strategi dan penentu keberhasilan pembangunan nasional.

Renstra Faperta 2030 menyatakan bahwa Faperta adalah penyelenggara kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam bidang pertanian. Pertanian yang dimaksud adalah kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya nabati dan jasad renik serta ekosistem dan hasilnya, mulai dari pra-produksi, produksi, penanganan hasil, pemasaran hingga distribusi hasil pertanian dan konsumsi bahan pangan, serta jasa kenyamanan dan keindahan bagi kesejahteraan manusia.

 

Visi Faperta tertulis dalam Renstra 2030 menyatakan bahwa:

Fakultas Pertanian IPB merupakan lembaga pendidikan tinggi pertanian dan lembaga inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul dalam memajukan pertanian tropika berkelanjutan dan menjawab tantangan pertanian masa depan, yang berperan aktif dan mempunyai kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan daya saing global Indonesia pada bidang pertanian, pengembangan IPTEKS dan sumberdaya manusia.

Visi tersebut mengarahkan bahwa pada tahun 2030 Faperta harus dapat menjadi lembaga pendidikan dan penelitian bidang pertanian yang bertaraf internasional, menghasilkan IPTEKS dan inovasi serta SDM yang berdaya saing global dan berkontribusi mengatasi berbagai tantangan bidang pertanian.

Output Faperta antara lain lulusan, publikasi ilmiah, dan teknologi serta inovasi yang dihasilkan diharapkan memiliki daya saing global, yaitu mampu menghadapi masalah, tantangan dan persaingan dengan pihak lain, baik pada tingkat nasional maupun internasional.  Lulusan unggul adalah lulusan yang memiliki kapasitas dan bernilai tinggi, teruji, inovatif dan siap menghadapi berbagai kemungkinan. Hasil riset pertanian tropika harus dapat dipublikasikan pada jurnal bertaraf internasional, sedangkan inovasi dan teknologi yang dihasilkan dapat didiseminasikan kepada masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan pertanian.

Faperta berkomitmen melakukan pembangunan pertanian yang berkelanjutan. Daerah tropis yang kaya plasma nutfah dan subur, harus dimanfaatkan secara optimal, bertanggung jawab, bijaksana dan lestari, untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan rakyat. Faperta harus dapat mencapai keunggulan akademik, yaitu memiliki kemampuan untuk mencapai kinerja unggul dalam penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Untuk itu Faperta mengharapkan seluruh dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa dan lembaga memiliki spirit of excellence, yang merupakan sikap dan semangat berbudaya mutu, kreatif, inovatif, berintegritas, kerja keras dan kerja cerdas, bergerak maju bersama sesuai dengan tugas dan fungsinya dan selalu berorientasi pada visi ke depan.

Berkenaan dengan hal tersebut Faperta dituntut untuk meningkatkan kualitas, relevansi dan substansi di bidang pendidikan, dan melakukan penelitian yang adaptif dan responsif sehingga dapat berperan dalam membantu memecahkan berbagai masalah pertanian di Indonesia.  Faperta harus dapat mengantisipasi sedini mungkin berbagai perubahan baik perubahan pada skala nasional maupun global, terutama dalam perkembangan IPTEKS pertanian yang sangat cepat.

 

ISU STRATEGIS FAPERTA

Pembahasan tentang isu-isu strategis yang sedang dan akan dihadapi Faperta ke depan adalah sangat penting agar Faperta dapat menentukan arah, strategi dan program kerja yang harus dilakukan.   Selain itu perlu juga diidentifikasi kelemahan, peluang dan ancaman yang akan dihadapi Faperta, baik yang berasal dari lingkungan eksternal, maupun lingkungan internal serta hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatasinya.

 

  1. Isu Strategis eksternal Faperta

1.1. Perguruan Tinggi pada Era Globalisasi

Pada era globalisasi perguruan tinggi di Indonesia akan menghadapi tantangan yang besar. Faperta IPB harus mampu merespons globalisasi ini agar tidak kehilangan perannya. Globalisasi ekonomi yang  berlangsung dengan cepat dapat menjadi peluang sekaligus ancaman. Suatu saat perguruan tinggi luar negeri akan dengan mudah mendirikan cabangnya di Indonesia, menghasilkan lulusan dengan kualitas yang lebih baik dan dapat lebih mudah diterima di berbagai lapangan kerja di Indonesia.  Oleh karena itu Faperta harus dapat segera menyikapi fakta tersebut dengan melakukan berbagai perbaikan internal untuk meningkatkan mutu dan daya saingnya.  Dalam menghadapi globalisasi, Faperta  harus melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dengan perguruan tinggi luar negeri. Kerjasama tersebut antara lain meliputi staff and student exchange, credit earning, joint degree, tweening programs, joint publication, joint seminar, meningkatkan inbound dan outbound. Pada prinsipnya perbaikan kualitas secara berkelanjutan harus dapat dilakukan. Ada beberapa lembaga pemeringkatan perguruan tinggi yang dapat digunakan sebagai tolok ukur, misalnya THE-QS dari Inggris mengukur kualitas perguruan tinggi dilihat dari beberapa kreteria, yaitu Research Quality, Graduate Employability, International Outlook dan Teaching Quality, dimana setiap kreteria tersebut memiliki indikator-indikator kuantitatif tertentu.  Walaupun bukan merupakan tujuan utama,  IPB dapat mengukur diri dalam kreteria-kreteria tersebut dan Faperta sebagai bagian dari IPB harus dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan tri dharma perguruan tinggi yang bertaraf internasional.

 

1.2. Tren Pendidikan Tinggi Pertanian

Tren popularitas pendidikan pertanian terus mengalami penurunan sebagai akibat dari masa depan bidang pertanian yang dinilai kurang menjanjikan, kumuh, kotor dan miskin.  Hal ini dapat menjadi ancaman dan tantangan dalam pengembangan Faperta ke depan. Penurunan popularitas akan sangat mempengaruhi kualitas dari input mahasiswa yang selanjutnya akan mempengaruhi proses, output dan outcome dari lulusannya. Upaya yang sistematis harus dipertahankan dan ditingkatkan, baik melalui promosi, peningkatan kualitas proses, penguatan sistem, pembaharuan kurikulum, penjaminan mutu, program bersama alumni dan industri, pembangkitan pendapatan dan upaya-upaya lain termasuk akreditasi dan sertifikasi program studi, sertifikasi profesi dan sebagainya.  Program pemerintah yang memberikan insentif kepada PNS dosen dan tenaga kependidikan seperti tunjangan kinerja, sertifikasi dosen, tunjangan kehormatan guru besar dinilai sangat positif dalam rangka meningkatkan kinerja IPB dan Faperta.  Program Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) dan pemberian beasiswa seperti Bidikmisi dinilai sangat positif dalam rangka meningkatkan kinerja perguruan tinggi.

 

1.3. Masyarakat Ekonomi Asean (MAE)

Pada akhir tahun 2015 telah disepakati diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang merupakan era baru pasar tunggal ASEAN yang diikuti oleh 10 negara, yaitu Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura. Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar. Kesepuluh negara tersebut akan mencakup jumlah penduduk sekitar 550 juta jiwa. Jumlah tersebut akan ditambah lagi dengan 6 mitra ASEAN yaitu China, India, Jepang, Australia, Korea Selatan, dan Selandia Baru, sehingga pasar tunggal ini akan mencakup jumlah penduduk yang sangat besar, yaitu lebih dari  3 milyar.

Pada saat itu ASEAN akan menjadi kawasan bebas perekonomian, dimana akan terjadi aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas modal, aliran bebas investasi dan aliran bebas tenaga kerja terdidik. Dalam hal ini Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di antara negara ASEAN akan menjadi pasar yang potensial. MEA akan terintegrasi dengan masyarakat global, yang diramalkan akan dapat meningkatkan aktivitas perekonomian, meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Indonesia dengan kegiatan perekonomian sektor pertanian yang tinggi memiliki peluang untuk dapat meningkatkan neraca perdangannya dengan negara-negara ASEAN lainnya dengan syarat daya saing bidang pertanian harus kuat. Daya saing tersebut antara lain terkait dengan SDM pertanian, kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi berbagai komoditi melalui penerapan GAP yang tepat, berwawasan lingkungan, memperhatikan mutu dan keamanan pangan.  Negara yang memiliki daya saing yang rendah akan berdampak negatif, seperti  meningkatnya produk impor, penguasaan sumberdaya oleh asing  dan meningkatnya jumlah tenaga kerja terdidik impor.

 

1.4. Kebijakan Pertanian Nasional

Sektor pertanian merupakan salah satu fokus program pemerintah era Presiden Joko Widodo. Kebijakan pertanian diarahkan pada kemandirian pangan.  Pemerintah menargetkan kemandirian pangan dapat dicapai dalam 3 tahun mendatang. Oleh karena itu daya saing bidang pangan akan segera diperkuat melalui sentuhan teknologi dan inovasi.  Pemerintah akan mendorong modernisasi yang ramah lingkungan, pencabutan subsidi pupuk, pemberian subsidi harga atau pemberian kepastian harga produk, meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur pertanian, meningkatkan mutu pendidikan pertanian dan penyuluhan.

Menurut BPS (2013) nilai impor produk pertanian meningkat 346% selama periode 2003-2013, sehingga pada tahun 2015 produksi padi harus dapat mencapai 80 juta ton per tahun, jagung 30 juta ton per tahun, kedelai 2,7 juta ton, gula 3,5 juta ton, daging 0,75 juta ton, dan 1,7 juta ton garam.  Dengan terus berkurangnya lahan pertanian, pemerintah akan melakukan intensifikasi dan membuka lahan baru. Sementara itu ketersediaan input produksi seperti pupuk, bibit/benih bermutu, ketersediaan air dan tenaga penyuluh sebagai pendamping petani akan terus diperbaiki.  Untuk itu pemerintah akan mengalokasikan dana sektor pertanian yang lebih memadai. Komitmen pemerintah yang besar terhadap pertanian diharapkan dapat menghindarkan Indonesia dari jebakan pangan dan meningkatkan penghargaan masyarakat, terutama generasi muda terhadap pertanian.  Untuk menyikapi hal ini, Faperta IPB harus bersiap diri dengan turut berperan aktif membantu pemerintah sesuai dengan kompetensi dan mandat IPB sebagai perguruan tinggi pertanian yang paling diandalkan di Indonesia.

 

1.5. Permasalahan Produksi Pangan

Permasalahan dalam produksi pangan antara lain tidak berdayanya para pelaku usaha kecil, dan menengah, rendahnya daya saing produk pertanian di pasar global, dan kontinuitas serta produktifitas lahan yang rendah.  Kondisi tersebut ditambah kualitas SDM pertanian yang rendah, meningkatnya jumlah petani gurem, alih fungsi lahan yang tinggi, penyuluhan pertanian yang lemah, masalah infrastruktur, dan masalah input produksi.  Sementara itu masalah dan tantangan yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatnya HPT baru, degradasi sumberdaya genetik, degradasi sumberdaya lahan, perubahan selera konsumen produk pertanian, keamanan pangan, nilai gizi, dan cita rasa produk pertanian, pencemaran biologi dan pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap produksi pertanian. Berbagai masalah ini dapat dipecahkan melalui komitmen semua pihak, baik pemerintah melalui kementerian terkait, pemda, perguruan tinggi, swasta, dan masyarakat.

Telah banyak penelitian di Faperta yang menghasilkan inovasi untuk mengatasi sebagian dari masalah tersebut sesuai dengan mandat Faperta.  Beberapa inovasi dan pemikiran terkait dengan masalah kelembagaan pertanian juga telah banyak dihasilkan oleh Fakultas lain di IPB. Oleh karena itu penyelesaian masalah pertanian secara inter-Fakultas di IPB adalah sangat penting dilakukan.  Berkurangnya minat dosen IPB di Fakultas lain untuk menekuni masalah sosial dan ekonomi pertanian yang terjadi saat ini harus dicari jalan keluarnya melalui upaya yang lebih sistemik dan menginisiasi terbentuknya kelompok peneliti sosial dan ekonomi pertanian sebagai embrio terbentuknya Divisi, program studi dan Departemen Sosial dan Ekonomi Pertanian di Faperta.

 

  1. Isu Strategis Internal Faperta

2.1. Pendidikan dan Pengajaran

Kegiatan belajar dan mengajar di Faperta berjalan dengan baik dan kondusif.  Suasana kampus yang nyaman yang didukung oleh pelayanan internet yang semakin baik menjadikan Faperta memiliki atmosfir akademik yang baik. Didukung oleh dosen yang berkualitas dan staf kependidikan yang semakin baik, berbagai prestasi telah banyak dicapai oleh departemen dan para dosennya.  Saat ini seluruh program studi S1 telah terakreditasi oleh BAN-PT dengan peringkat A, bahkan beberapa Program Studi telah terakreditasi internasional. Keberhasilan ini juga tidak lepas dari peran sistem penjaminan mutu yang dilakukan baik pada level departemen, fakultas dan IPB.

Untuk meningkatkan prestasi yang telah dicapai, beberapa hal perlu dilakukan antara lain adalah evaluasi kurikulum secara periodik, penguasaan bahasa inggris oleh dosen dan mahasiswa, peningkatan kualitas input mahasiswa baru, peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas praktikum, peningkatan persentase kelulusan tepat waktu, mengadakan berbagai program internasional yang lebih sistimatis dan hal-hal lain yang dapat meningkatkan daya saing lulusan Faperta. Selain itu dengan berkembangnya IPTEKS serta untuk memenuhi kebutuhan industri dan masyarakat, serta untuk mengisi relung-relung mandat Faperta yang masih belum tertangani, ke depan perlu dipikirkan pembentukan program studi baru, baik S1, S2 maupun S3.

 

2.2. Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Penelitian di Faperta telah berkembang dengan baik yang ditandai dengan jumlah dana penelitian yang semakin besar, jumlah dosen yang mendapatkan dana penelitian dan jumlah publikasi baik nasional maupun internasional semakin banyak, serta teknologi dan inovasi yang dihasilkan telah banyak diimplementasikan.  Hasil-hasil penelitian ini pada gilirannya akan dapat memperkaya substansi mata kuliah baik S1, S2 dan S3.  Budaya meneliti yang semakin baik ini harus terus dapat ditingkatkan sehingga kinerja penelitian menjadi semakin baik pula.  Namun demikian banyak hal yang masih perlu dilakukan oleh Faperta untuk meningkatkan kinerja penelitian ini, misalnya peningkatan jumlah publikasi ilmiah pada jurnal yang terindeks scopus per dosen yang masih rendah.  Faperta perlu melakukan pelatihan publikasi ilmiah internasional kepada dosen muda, memberikan insentif terhadap proses pembuatan publikasi, perlunya manuscript clinic office, memperbaharui sarana dan prasarana penelitian, akreditasi beberapa laboratorium dan memperjuangkan jurnal-jurnal ilmiah di lingkungan Faperta dapat terindeks scopus.

Berkembangnya kegiatan penelitian berpotensi dapat menghasikan teknologi dan inovasi yang dapat diimplementasikan kepada masyarakat. Permasalahan impor produk pertanian, dan daya saing produk pertanian yang rendah akan mengarahkan publik untuk menyalahkan IPB dan tentu Faperta. Oleh karena itu berbagai teknologi dan inovasi dari yang sangat sederhana sampai yang canggih perlu diperkenalkan dan diimplementasi kepada masyarakat melalui berbagai cara.  Faperta sebagai fakultas tertua di IPB telah memiliki nama besar dan jejaring kerjasama yang luas, memiliki program KKP terstruktur yang dapat menjadi wahana pengabdian kepada masyarakat dan turut berperan mengatasi berbagai permasalahan nasional.  Selain itu Faperta juga dapat membuat percontohan di dalam dan luar kampus, misalnya dalam bentuk Demplot atau Demfarm yang cukup luas di berbagai lokasi strategis, sebagai upaya diseminasi teknologi dan inovasi yang dapat diterapkan kepada masyarakat.

 

2.3. Kemahasiswaan

Kegiatan kemahasiswaan di Faperta berjalan dengan baik dan kondisif di bawah koordinasi organisasi kemahasiswaan yang telah ada.  Tujuan dari dibentuknya organisasi kemahasiswaan adalah agar dapat menjadi wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa dalam perluasan wawasan dan peningkatan kecendekiaan, serta integritas kepribadian mahasiswa, yang secara terus menerus diasah melalui berbagai kegiatan kemahasiswaan.  Kegiatan kemahasiswaan harus dapat meningkatkan penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran mahasiswa.  Prinsip dari kegiatan kemahasiswaan adalah dari, oleh, dan untuk mahasiswa, yang artinya harus dapat memberikan peranan dan keleluasaan lebih besar kepada mahasiswa untuk mandiri dan berkembang. Pembentukan organisasi kemahasiswaan menurut Kepmendikbud No. 155/U/1998, bertujuan agar dapat menjadi sarana dan wadah dalam: (1) perwakilan mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi, (2) pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan, (3) pengembangan potensi diri sebagai insan akademis, calon ilmuwan dan intelektual, (4) pengembangan keterampilan organisasi, manajemen, dan kepemimpinan, (5) pembinaan dan pengembangan calon pemimpin bangsa, dan (6) memelihara dan mengembangkan ilmu dan teknologi yang dilandasi norma-norma agama, akademis, moral, etika, dan wawasan kebangsaan. Secara khusus pembinaan kemahasiswaan di IPB perlu diarahkan pada peningkatan soft skills mahasiswa, dan mengarahkan mahasiswa agar setelah lulus dapat menjadi wirausahawan yang tangguh.

Kegiatan kemahasiswaan di Faperta dibagi dalam dua wadah, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta dan Himpunan Profesi (HIMPRO) pada setiap departemen. Kedua jenis organisasi kemahasiswaan tersebut pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, sehingga komunikasi dan kerjasama harus dapat dilakukan seintensif mungkin, untuk dapat menghasilkan berbagai kegiatan kemahasiswaan yang membanggakan, melibatkan sebanyak mungkin mahasiswa, yang pada akhirnya seluruh mahasiswa Faperta dapat memperoleh manfaat yang besar dari kegiatan yang dilaksanakan.  Kegiatan-kegiatan kemahasiswaan semacam ini dapat melibatkan alumni Faperta yang saat ini jumlahnya sangat banyak, tersebar pada berbagai profesi dan dikenal sangat mencintai almamaternya.  Ke depan prestasi mahasiswa Faperta harus terus dapat ditingkatkan dengan melakukan beberapa hal, antara lain adanya pengawalan oleh pembina kemahasiswaan terhadap bibit-bibit untuk menjadi Mahasiswa Berprestasi, pendampingan pada berbagai kejuaraan dalam dan luar negeri, peningkatan jumlah proposal PKM dan peningkatan dukungan Faperta dalam mensukseskan prestasi IPB di PIMNAS.

 

2.4. Kualitas SDM Faperta

Sumberdaya manusia di Faperta terdiri dari Dosen dan Tenaga Kependidikan.  Sampai akhir tahun 2014, Dosen Faperta berjumlah 171 dosen (Gambar 1), dimana 137 ( 80.1 persen) dosen berpendidikan Doktor (S3) dan 34 dosen ( 19.9 persen) berpendidikan Magister (S2) dimana sebagian dari mereka sedang melanjutkan studi S3 atau dosen muda yang baru diangkat.  Jumlah doktor di Faperta adalah yang terbanyak di IPB. Dosen Faperta menyelesaikan pendidikannya  di berbagai perguruan tinggi di luar negeri antara lain di Jepang, Jerman, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Perancis, Korea Selatan, Inggris dan Belanda. Variasi asal perguruan tinggi dosen tersebut menjadikan Faperta sangat kaya terhadap pemikiran, ide dan ilmu pengetahuan dan teknologi serta jejaring yang kuat.  Berdasarkan jabatan fungsionalnya, dosen Faperta terdiri dari Guru Besar sebanyak 30 dosen atau 17.54 persen, Lektor Kepala 65 dosen (38.01 persen), Lektor 57 dosen (33.3 persen) dan asisten ahli sebanyak 11 dosen (6.4 persen). Jumlah Guru Besar Faperta masih relatif sedikit (Gambar 2). IPB mentargetkan jumlah Guru Besar sebanyak 20 persen, untuk itu Faperta akan berupaya untuk memfasilitasi dan mendorong para dosen agar dapat segera naik pangkat.

Berdasarkan usianya (Gambar 3), dosen Faperta terkonsentrasi pada usia 51-55, yaitu sebanyak 74 dosen dan pada usia 46-50 tahun (33 dosen), sedangkan dosen yang berusia 25-45 tahun masih belum banyak. Akumulasi usia dosen pada usia 51-55 tahun tersebut sangat mengkhawatirkan dilihat dari regenerasi dosen Faperta, karena formasi dosen muda pada beberapa tahun yang lalu sangat sedikit.  Kondisi ini agak tertolong dengan penambahan batas usia pensiun untuk Guru Besar dari 65 tahun menjadi 70 tahun, sehingga ada tambahan 5 tahun untuk memperbaiki komposisi usia tersebut.

Gambar 1. Jumlah dosen Faperta pada tahun 2014 di masing-masing departemen

 

Gambar 2.  Keadaan dosen Faperta pada tahun 2014.  A. Jumlah Guru Besar pada masing-masing departemen dan B. Jumlah Dosen berdasarkan tingkat pendidikan.

 

 

Gambar 3. Distribusi usia dosen Faperta pada tahun 2014

 

Jumlah tenaga kependidikan di Faperta terdiri dari 90 orang PNS dan 98 orang honorer (Gambar 4 dan Gambar 5). Mereka umumnya telah banyak mendapat kesempatan untuk melakukan pelatihan-pelatihan sesuai dengan bidang kerjanya. Seluruh tenaga kependidikan tersebut umumnya adalah berpendidikan SMA sebanyak 88 orang (46.3 persen), SMP sebanyak 17 orang (9.4 persen) dan SD  sebanyak 21  orang (11 persen). Ke depan Faperta harus dapat lebih memperbanyak tenaga PNS untuk teknisi terampil berpendidikanminimal D3, baik di laboratorium maupun di lapangan agar betul-betul dapat membantu kegiatan pendidikan maupun penelitian yang berkualitas.

 

 

Gambar 4. Jumlah Tenaga Kependidikan PNS Faperta pada tahun 2014

 

 

Gambar 5. Jumlah Tenaga Kependidikan Honorer Faperta pada tahun 2014

 

Pemerintah telah memberikan tunjangan kinerja yang memadai kepada tenaga kependidikan PNS, sehingga ke depan kinerjanya harus dapat meningkat. Sementara itu IPB masih terus memikirkan gaji tenaga honorer supaya jumlahnya tidak berbeda jauh dengan PNS.  Banyaknya tenaga honorer disebabkan oleh beberapa hal, seperti ukuran dan banyaknya gedung yang memerlukan tenaga kebersihan, kegiatan di kebun percobaan dan laboratorium yang semakin banyak, jumlah mahasiswa yang terus bertambah, dan semakin bayaknya kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh departemen-departemen.  Ke depan harus dapat diciptakan sistem pengelolaan SDM yang lebih baik, sehingga Fakultas dan Departemen dapat menjalankan tugasnya lebih efisien dan efektif.

 

2.5. Fasilitas

Fasilitas utama di Fakultas Pertanian terdiri dari 1) Gedung untuk berbagai fungsi seperti untuk Ruang Laboratorium/Studio, Ruang Kelas, Ruang Diskusi, Ruang Sidang, Ruang Pertemuan, 2) Lahan Percobaan dan rumah kaca, untuk kegiatan praktikum dan penelitian dosen/mahasiswa, 3) peralatan penelitian dan praktikum, dan 4) Fasilitas pendukung seperti ketersediaan air, jalan dan taman. Ketersediaan air irigasi untuk kegiatan praktikum mahasiswa dan penelitian dosen dan mahasiswa di kebun percobaan bagi Faperta adalah mutlak harus ada.

Untuk kebutuhan Ruang kuliah program S1, Direktorat Administrasi Pendidikan-IPB telah mengintegrasikan seluruh kelas yang ada di IPB dalam Jadwal Terpadu.  Ruang-ruang Kelas ini dari tahun ke tahun semakin baik pengaturannya, termasuk kualitas ruangannya.  Sementara itu Ruang Kelas untuk Program Pascasarjana (PPs) sampai saat ini diserahkan kepada setiap departemen untuk mengaturnya sendiri.  Ruang kelas untuk PPs saat ini mulai terkendala dengan bertambahnya jumlah mahasiswa.  Departemen harus melakukan efisiensi penggunaan ruangan sehingga kegiatan belajar dan mengajar PPs tidak terganggu.  Dengan bertambahnya mahasiswa, baik program sarjana maupun pascasarjana, fasilitas menjadi kendala utama di departemen, baik laboratorium/studio, ruang seminar/kolokium, lahan percobaan/rumah kaca, peralatan praktikum di laboratorium dan SDM Teknisi dan Laboran. Demikian juga dengan fasilitas penelitian, dengan semakin banyaknya dosen yang mendapatkan dana penelitian, dan tuntutan kualitas penelitian yang semakin berkualitas, maka fasilitas penelitian harus bertambah dan semakin berkualitas atau selalu up dated sesuai dengan perkembangan IPTEKS.

 

2.6. Fasilitas Kebun Percobaan

Sebagai Fakultas yang diberi mandat untuk mengembangkan IPTEKS bidang pertanian, maka Faperta harus memiliki Kebun Percobaan yang representatif dan membanggakan.  Beberapa Kebun Percobaan harus diupayakan menjadi tempat percontohan dimana berbagai inovasi yang dihasilkan dari penelitian Faperta dapat dipamerkan kepada masyarakat. Fasilitas Stasiun Lapangan Faperta berupa Kebun-kebun Percobaan baik yang berada di dalam dan di luar Kampus IPB Darmaga. Kebun-kebun yang berada di dekat Kampus IPB Darmaga harus diprioritaskan untuk kegiatan  pendidikan dan penelitian, agar para mahasiswa dan dosen dapat menyesuaikan waktunya di kebun dengan jadwal kuliah terpadu yang sangat ketat.  Sebagai fasilitas pendidikan dan penelitian, kebun-kebun tersebut harus dipelihara dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai.  Kebun-kebun tersebut bersifat cost center, sehingga harus ada alokasi dana, baik berasal dari anggaran yang bersifat rutin atau dari sumber lain.

Dengan adanya momentum dikembalikannya lahan-lahan yang dikelola oleh University Farm ke pengelolaan Faperta, maka sangat terbuka peluang menjadikan kebun-kebun yang berskala luas dan relatif jauh dari kampus menjadi teaching farm. Sebagai teaching farm, kebun-kebun tersebut dapat berguna untuk beragam fungsi, baik untuk kegiatan pendidikan dan penelitian, juga untuk tujuan pembangkitan pendapatan berupa Satuan Usaha Akademik (SUA), maupun sebagai show windows teknologi yang dapat dipamerkan kepada masyarakat. Teaching Farm Kelapa Sawit Jonggol seluas 58 hektare merupakan salah satu contoh yang dapat diterapkan untuk kebun yang berskala luas lainnya.  Kebun ini akan berstatus sebagai SUA. Kebun Jonggol suatu saat dapat membiayai kebun-kebun lainnya, sehingga seluruh kebun dapat dipelihara dan berfungsi dengan baik. Seluruh departemen di Faperta dan juga departemen-departemen lain di IPB harus dapat memanfaatkan teaching farm melalui SOP yang jelas. Mahasiswa juga harus dapat memanfaatkan untuk berbagai kegiatan kemahasiswaan, terutama untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan.

 

2.7. Jejaring Faperta

Fakultas pertanian yang telah berdiri sejak adanya IPB, telah mengalami sejarah perjalanan panjang.  Sejalan dengan perjalanannya itu, Faperta memiliki jejaring yang luas, baik di dalam maupun di luar negeri.  Seiring dengan perjalanan waktu, jumlah alumni yang dimiliki Faperta juga semakin banyak.  Alumni Faperta memiliki profesi yang sangat beragam baik sebagai pengusaha, birokrat pada pemerintahan pusat dan daerah, perguruan tinggi, peneliti, perbankan, media, politisi, dsb. Jejaring yang telah dibangun baik dengan alumni, pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, perguruan tinggi dalam dan luar negeri tersebut terus dipelihara dengan baik yang akan menjadi pilar penting dalam pengembangan kerjasama baik bidang pendidikan, penelitian, maupun dalam pengabdian kepada masyarakat.

 

2.8. Pengembangan Usaha

IPB sebagai PTN-BH diberikan kewenangan untuk mendirikan Satuan Usaha.  Satuan Usaha di IPB dibagi dalam tiga jenis, yaitu Satuan Usaha Komersial (SUK), Satuan Usaha Akademik (SUA) dan Satuan Usaha Penunjang (SUP). Satuan Usaha Komersial hanya boleh dilakukan pada tingkat IPB, sedangkan pada tingkat fakultas hanya diperbolehkan mendirikan SUA dan SUP, dan pada tingkat departemen hanya diperbolehkan mendirikan SUA.  Satuan Usaha Akademik di lingkungan Faperta yang saat ini berjalan antara lain Laboratorium Analisis Tanah (di Departemen ITSL), dan Agropromo (di Departemen AGH), sedangkan SUP yang di Faperta adalah Kantin STEVIA.  Ke depan, satuan usaha di Faperta harus terus dikembangkan. Saat ini sedang dirintis SUA Departemen AGH, yaitu Teaching Farm Kelapa Sawit Jonggol dan Laboratorium Pengujian.  Dengan adanya SUA dan SUP ini diharapkan cashflow menjadi lebih akuntabel dan sesuai dengan aturan yang berlaku serta untuk menjalankan Good University Governance.

 

2.9. Manajemen Organisasi

Kualitas manajemen di Faperta harus selalu ditingkatkan untuk menjawab perubahan pola pikir masyarakat yang menuntut pelayanan yang terbaik, untuk mencapai kinerja Faperta yang lebih baik, perlunya efisiensi, dan efektifitas serta untuk mematuhi peraturan perundang-udangan yang berlaku.

Penguatan manajemen dapat dilakukan melalui peningkatan keprimaan organisasi dan tatakelola. Beberapa hal yang harus dilakukan adalah: (1) review secara terus menerus terhadap tugas pokok dan fungsi (tupoksi); 2) pengawalan implementasi aturan-aturan yang berlaku, (3) pemantapan sistem audit dan monev, (4) pengawalan implementasi sistem penjaminan mutu, (5) pengelolaan keuangan yang akuntabel, (6) menjaga kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia yang proporsional, dan melakukan pembinaan tenaga kependidikan yang baik, (7) pelayanan fasilitas yang prima, dan (8) integrasi sistem informasi serta komunikasi yang handal.

Untuk mencapai keberhasilan program pengembangan tersebut beberapa prinsip yang digunakan adalah Quality first (mengutamakan kualitas), Stakeholder-in (berorientasi pada kepuasan pengguna baik internal maupun eksternal), The next process is our stakeholders (harus menganggap orang lain yang menggunakan hasil pelaksanaan tugasnya tersebut sebagai stakeholder yang harus diperhatikan), Upstream management (pengambilan keputusan / dilakukan secara partisipatif dan kolegial).

Ciri-ciri organisasi yang baik adalah: 1) dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas melalui kerjasama dan komunikasi yang lebih baik, 2)  memiliki sistem pengendalian yang konsisten, 3) kejelasan peran dan tanggung jawab serta dapat meningkatkan disiplin kerja, 4) dapat meningkatkan kepuasan stakeholder, 5)  dapat meningkatkan citra organisasi, dan 6) selalu melakukan perubahan yang positif.  Implementasi sistem manajemen berstandar internasional seperti ISO maupun Malcolm Baldrige National Quality Award adalah sangat baik untuk meningkatkan kualitas manajemen organisasi.

 

  1. Matriks Analisis SWOT

Untuk lebih memahami posisi Faperta saat ini, perlu adanya analisis SWOT(Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Analisis SWOT didasarkan pada kondisi saat ini yang kemudian dapat dipergunakan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penetapan strategi pengembangan Faperta ke depan, terutama dalam periode kepemimpinan Dekan sampai lima tahun mendatang.  Strategi yang didasarkan pada analisis SWOT ini kemudian akan dijabarkan dalam program kerja yang lebih detil.

 

Tabel 1. Faktor-faktor Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) dalam Pengembangan Faperta 2015-2020.

 

Isu eksternal

Kode Peluang Kode Ancaman
Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean O1 Kebijakan pemerintah dalam penguatan sektor pertanian T1 Impor produk pertanian yang semakin besar
O2 Investasi bidang pertanian akan meningkat T2 Akan banyak tenaga kerja asing di Indonesia
O3 Kebutuhan SDM berkualitas
Kebijakan pertanian nasional O4 Pertanian sebagai landasan pembangunan nasional T3 Perpres No. 39/2014 yang mengatur investasi termasuk bidang pertanian.
O5 Komitmen pemerintah dalam upaya swasembada pangan T4 Penghargaan masyarakat terhadap pertanian masih rendah
T5 Kelembagaan pertanian di perdesaan tidak berkembang
Kondisi Pertanian Nasional O6 Perkembangan Agrobisnis dan Agroindustri T6 Konversi lahan pertanian ke non pertanian terus meningkat
O7 Meningkatnya permintaan tenaga ahli dan jasa konsultasi bidang pertanian T7 Degradasi Sumberdaya lahan dan sumberdaya genetik
O8 Lahan Potensial di beberapa daerah T8 Rendahnya ketersediaan benih bermutu dari varietas unggul
O9 Produk Pertanian Ramah Lingkungan T9 Meningkatnya OPT baru
O10 Ketersediaan produksi pangan dalam negeri yang belum mencukupi T10 Perubahan iklim global
O11 Perubahan selera konsumen produk pertanian (Keamann pangan, nilai gizi, cita rasa) T11 Posisi tawar petani yang cenderung semakin menurun
T12 Kualitas Infrastruktur pertanian yang rendah
Regulasi  pendidikan tinggi O12 Internasionalisasi perguruan tinggi T13 Kebijakan pemerintah terhadap Program Studi
O13 Pendanaan BOPTN T14 Globalisasi menuntut adanya sertifikasi dan akreditasi
O14 Beasiswa dari pemerintah

 

Tabel 2. Faktor-faktor Kekuatan dan Kelemahan dalam Pengembangan Faperta tahun 2015-2020

Isu internal

Kode Kekuatan Kode Kelemahan
Bidang Pendidikan S1 Atmosfir akademik yang baik W1 Persentase kelulusan tepat waktu yang masih rendah
S2 Sistem rekruitmen calon mahasiswa yang handal W2 Tingkat keketatan seleksi mahasiswa baru masih relatif rendah
S3 Dukungan teknologi komunikasi dan informasi yang memadai W3 Daya tarik pada pendidikan bidang pertanian mengalami penurunan
S4 Program kerjasama pendidikan nasional dan internasional telah terus berkembang W4 Daya saing lulusan di luar negeri masih relatif rendah
S5 Seluruh program studi S1 telah terakreditasi  BAN-PT dengan peringkat A W5 Penguasaan bahasa inggris mahasiswa yang rendah
S6 Beberapa Program Studi S1 telah terakeditasi internasional W6 Fasilitas praktikum dan penelitian masih terbatas
S7 Penjaminan Mutu dan Audit bidang akademik di level IPB sudah berjalan W7 Pelaksanaan program internasional masih belum sistematis.
W8 Belum seluruh program studi S2 dan S3 terakreditasi A oleh BAN-PT
Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat (PPM) S8 Telah berkembang budaya penelitian yang baik W9 Publikasi ilmiah internasional masih rendah
S9 Telah cukup banyak teknologi dan inovasi yang dihasilkan oleh dosen Faperta W10 Belum ada jurnal yang terindeks scopus
S10 Adanya KKP bersama dengan fakultas lain W11 Peralatan penelitian masih terbatas dan banyak yang out of date
S11 Telah banyak dirintis kerjasama dengan berbagai mitra strategis W12 Belum ada layanan laboratorium yang terakreditasi
W13 Jumlah dana PPM masih berfluktuasi
W14 Desiminasi dan komersialisasi hasil penelitian masih terbatas
W15 Interaksi antara penelitian dan pengabdian kepada masyarakat masih relatif kurang
Kualitas SDM S12 Dosen Faperta yang berkualitas dengan jumlah Doktor terbanyak di IPB dan kepakaran yang beragam. W16 Jumlah dan kualitas teknisi dan laboran masih rendah
S13 Keragaman lokasi asal mahasiswa yang tinggi W17 Tedapat ketimpangan sebaran usia dosen
S14 Tenaga kependidikan di setiap departemen umumnya telah banyak mengikuti pelatihan
Jejaring yang dimiliki S15 Jejaring dalam dan luar negeri yang luas W18 Kerjasama internasional masih relatif rendah
S16 Reputasi Fakultas Pertanian di Indonesia yang tinggi W19 Komunikasi publik untuk bidang ekonomi, sosial pertanian dan politik pertanian terkendala.
S17 Faperta dekat dengan Ibu Kota negara
Pengembangan Usaha S18 Rintisan pengembangan usaha di beberapa departemen dan fakultas telah dilakukan W20 Satuan Usaha Akademik maupun Satuan Usaha Penunjang  belum berkembang dengan baik
Manajemen Organisasi S19 Sistem manajemen mutu telah dikelola dengan baik pada setiap level. W21 Koneksi internet masih sering bermasalah
S20 Faperta dan Departemen AGH telah tersertifikasi ISO 9001:2008
Fasilitas S21 Lahan percobaan telah dikelola kembali oleh Faperta W22 Belum semua lahan percobaan terkelola dengan baik
W23 Departemen ARL masih memerlukan ruangan untuk penunjang praktikum
W24 Jumlah Ruang Kuliah untuk PPs masih terbatas
Kemahasiswaan S22 Telah terwadahinya organisasi prefesi pada setiap departemen dan berbagai minat mahasiswa pada lembaga kemahasiswaan W25 Jumlah proposal PKM, PKM yang didanai dan jumlah kelompok PKM yang mendapatkan medali pada PIMNAS masih sedikit
S23 Jumlah alumni Faperta sangat banyak yang tersebar pada berbagai profesi dalam dan luar negeri W26 Mahasiswa berprestasi tingkat IPB dan tingkat nasional dari Faperta masih sangat sedikit
W27 Prestasi mahasiswa pada level internasional sangat sedikit

 

Tabel 3. Matriks Strategi Pengembangan FAPERTA IPB 2015-2020

Kekuatan (S) Kelemahan (W)
(Kode: S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S9, S10, S11, S12, S13, S14, S15, S16, S17, S18) (Kode: W1, W2, W3, W4, W5, W6, W7, W8, W9, W10, W11, W12, W13, W14, W15, W16, W17, W18).
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
(O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O9, O10, O11, O12, O13, O14) Peningkatan kualitas bidang pendidikan (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, S11, S12, S13, S14, S15, S16, S17, S18, S19, S20, S23, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, 08, O9, 011, 012, O13, 014) Penguatan softskill mahasiswa dan kewirausahaan (W1, W2, W3, W4, W5, W14, W20, W21, W25, W26, W27, O1, O2, O3, O5, O6, O7, O8, O9. O10, O11)
Peningkatan kualitas riset, inovasi dan publikasi ilmiah (S1, S2, S3, S7,  S8, S9, S11, S12, S14, S21, O1, O2, O3, O4, O5, O5, O6, O7,O8, O9, O10, O11) Peningkatan jejaring kerjasama dan Program Internasional (W1, W3, W4, W5,  W9, W10, W11, W12, W13, W15, W16, W18, W19, W20, W22, W27, O1, O2, O3, O4, O5, O6, O7, O8, O9, O10, O11, O12, O13, O14)
Peningkatan Kualitas Pengabdian kepada Masyarakat dan diseminasi inovasi (S1, S3, S4, S8, S9, S10, S11, S12, S14, S15, S16, S17, S18, S23, O1, O2, O3, O5, O6, O7, O8, O9, O10, O11)
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
(T1, T2, T3, T4, T5, T6,T7, T8, T9. T10, T11, T12, T13, T14, T15) Peningkatan kualitas bidang pendidikan  (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S8, S9, S10, S11, S12, S13, S14, S15, S16, S17, S18, S19, S20, S23,T1, T2, T4, T6,NT7, T8, T9, T10, T11, T14) Peningkatan kesejahteraan dosen dan tenaga kependidikan (W1, W2, W3, W4, W5, W6, W7, W8, W9, W10, W12, W114, W15, W16, W18, W19, W20, W22, T1, T2, T3, T4, T8, T9, T14)
Penguatan jejaring kerjasama dan Program Internasional (51, S3, S4, S6, S8, S9, S10, S11, S12, S15, S16, S18, S23, T1, T2, T3, T5, T6, T7, T8, T9, T10, T11, T14) Penguatan sistem manajemen (W1, W2, W3, W4, W5, W6, W7, W8, W9, W10, W11, W12, W13, W14, W15, W16, W17, W18, W19, W20, W21,W22, W23, W24. W25,W26, W27, T4, T6, T7, T8, T9, T10, T11, T13, T14)

Penguatan softskill mahasiswa dan kewirausahaan (S1, S2, S3, S4, S5, S6, S7, S10, S11,S13, S15, S19, S20, S22, S23, T1, T2, T3, T4, T5, T6, T7, T8, T9, T10, T11, T12)

Berdasarkan kekuatan (strengths), dan kelemahan (weaknesses) Faperta serta  peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dihadapi, maka perlu adanya strategi pengembangan Faperta yang selaras dengan strategi IPB, yaitu melalui: (1) Pengembangan kekuatan dan optimalisasi peluang, (2) Pengembangan kekuatan untuk mengatasi ancaman, (3) meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, dan (4) meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman.

 

Matrik strategi pengembangan Faperta  dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Analisis SWOT, ditetapkan 7 strategi pengembangan Faperta tahun 2015-2020 yaitu:

1). Peningkatan Kualitas Pendidikan untuk meningkatkan Daya Saing Lulusan,

2). Peningkatan Kualitas Riset, Inovasi, Publikasi Ilmiah Nasional dan Internasional,

3). Peningkatan Kualitas Pengabdian kepada Masyarakat dan Diseminasi Inovasi,

4). Penguatan Sistem Manajemen Organisasi,

5). Peningkatan Jejaring Kerjasama dan Program Internasional,

6). Penguatan Hubungan Alumni dan Karakter Mahasiswa dalam Softskill, Keprofesian, dan Kewirausahaan, dan

7). Peningkatan Kesejahteraan Dosen dan Tenaga Kependidikan.

 

Ketujuh strategi pengembangan tersebut optimis dapat dilaksanakan dengan baik, karena Faperta didukung oleh fundamental yang cukup kuat, baik kualitas dosen, reputasi dan jejaring kerjasama yang terbangun secara luas, produk riset yang berkualitas dan pendanaan yang memadai.

 

Melalui instrumen proses penjaminan mutu (quality assurance), dan quality control yang sistemik, berbagai program dan kegiatan dari ke 7 strategi tersebut akan berjalan dengan baik sesuai dengan target capaian masing-masing program dan kegiatan yang direncanakan.  Proses ini harus dapat dilakukan secara berkesinambungan untuk mencapai academic excellence dan visi Faperta.

 

ROADMAP RENSTRA FAPERTA 2015-2020

Dengan banyaknya Program yang telah disusun, maka perlu adanya Roadmap program yang merupakan fokus tahapan pelaksanaanya setiap tahun.

Tahapan Strategi Pencapaian Visi Faperta 2014-2020 adalah sebagai berikut: 1). Tahun 2015-2016 merupakan tahap pencapaian Relevansi dan Substansi, 2). Tahun 2016-2017 tahap pencapaian  keunggulan Inovasi, 3). Tahun 2017-2018 tahap pencapaian Pengarusutamaan Pertanian, 4). Tahun 2018-2019 merupakan tahap Pemantapan Reputasi, dan 5). Tahun 2019-2020 merupakan tahap pencapaian keunggulan akademik dan Internasionalisasi.

 

  1. Relevansi dan Substansi. Pada tahun 2015-2016, penyelenggaran Tridharma Perguruan Tinggi di IPB dituntut bergerak lebih maju dan relevan dengan perubahan dan tuntutan jaman yang sangat dinamis. Penekanan penyelenggaraan pendidikan sebagai investasi jangka panjang yang bersifat tidak instan (memiliki time lag), IPB akan memprioritaskan penguatan relevansi kurikulum dengan substansi program yang adaptif dan visioner yang merupakan ‘core bussiness’ penyelenggaraan pendidikan. Implementasi Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), maka pengayaan course contents, fokus penelitian, pengembangan IPTEKS dan penajaman kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi lainnya mengacu pada relevansi dan substansi yang sejalan dengan peran IPB sebagai penggerak prima pengarusutamaan pertanian baik di tingkat nasional maupun internasional.

 

  1. Reputasi Inovasi. Pada tahun 2016-2017 program penyelenggaran pendidikan tinggi di IPB akan memfokuskan pada upaya menghasilkan dan mengembangkan berbagai inovasi yang berguna untuk meningkatkan mutu produk, sistem, model, dan kebijakan yang pada akhirnya diharapkan dapat mendorong peningkatan daya saing nasional melalui riset yang bersifat terobosan dan unggul. Dengan demikian, peneguhan reputasi inovasi merupakan bagian dari resultante sistem manajemen yang kuat, kompatibel, dan luwes dengan ‘core bussiness’ yang relevan dan substantif.

 

     3. Pengarusutamaan Pertanian

Pada tahun 2017-2018, Faperta akan fokus mendukung IPB dalam melaksanakan pengarusutamaan pertanian dengan bertumpu pada keunggulan yang telah dimiliki Faperta, baik berupa inovasi, kepakaran, maupun reputasi yang telah terbangun, sehingga dapat menjadi penentu arus utama kebijakan pembangunan pertanian yang  berkelanjutan.

 

  1. Pemantapan Reputasi

Pada tahun 2018-2019 merupakan tahap pemantapan reputasi akan terus dimantapkan dengan berbagai program manajemen reputasi. Meningkatnya reputasi akan sangat penting bagi peningkatan kualitas input mahasiswa, peningkatan jumlah mitra kerjasama, prospek lulusan, serta peningkatan peran dalam advokasi kebijakan.

 

  1. Keunggulan Akademik dan Internasionalisasi.

Pada tahun 2019-2020 atau tahun ke lima Renstra Faperta, program kerja difokuskan pada prestasi dan produktivitas.  Pada tahun 2020 Faperta diharapkan penuh prestasi dan produktif, baik pada pada bidang pendidikan, penelitian maupun bidang pengabdian kepada masyarakat, baik prestasi yang didapatkan oleh dosen, tenaga kependidikan maupun mahasiswanya. Prestasi tersebut dapat pada tingkat IPB, nasional maupun internasional.

Roadmap Renstra Faperta 2015-2020 dapat dilihat pada Gambar 6 dibawah ini.

 

Gambar 6.  Roadmap Rencana Strategis Faperta 2015-2020

 

ARAH PENGEMBANGAN FAPERTA 2015-2020

 

Faperta sebagai bagian dari IPB telah meletakkan dasar-dasar sebagai perguruan tinggi berbasis riset dan berkarakter kewirausahaan. Kewirausahaan yang dimaksud adalah karakter, sikap, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berguna dan bernilai lebih. Dalam lima tahun mendatang Faperta akan berupaya meningkatkan daya saingnya, agar mampu berkompetisi dengan perguruan tinggi lain baik dalam maupun luar negeri. Daya saing tersebut akan  ditingkatkan melalui beberapa strategi pencapaian, antara lain meningkatkan kualitas pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta diseminasi inovasi. Upaya yang lebih serius akan dilakukan dengan berbasis pada kekuatan-kekuatan yang dimiliki Faperta saat ini, sehingga program-program yang ditetapkan dapat berhasil sesuai dengan target.

 

Kualitas pendidikan akan terus ditingkatkan melalui berbagai program baik menyangkut perbaikan kualitas input, proses, output dan outcomenya.  Hasil-hasil penelitian diupayakan dapat diimplementasikan pada masyarakat dan dikaitkan dengan proses belajar mengajar, meningkatkan partisipasi mahasiswa dan seluruh dosen, serta dapat mempercepat waktu kelulusan, meningkatkan publikasi ilmiah nasional dan internasional, paten, HaKI dan buku ajar.  Hasil riset harus dapat menjadi wahana dalam peningkatan reputasi, kepercayaan dan citra Faperta di mata publik serta mendorong terjadinya kemitraan dengan berbagai pihak. Pengabdian kepada masyarakat dan diseminasi inovasi yang dihasilkan harus dapat mendorong pengambilan kebijakan menuju proses pengarusutamaan pertanian.

 

Kepercayaan publik dan citra Faperta yang telah baik akan terus dipertahankan dan ditingkatkan melalui penjaminan mutu yang handal dan implementasi Good University Governance yang baik. Sebagai contoh kepercayaan publik dapat dipertahankan dan ditingkatkan melalui akreditasi terhadap program studi baik nasional maupun internasional, sertifikasi manajemen mutu ISO 9001 dan sertifikasi laboratorium ISO 17025, serta keberhasilan kerjasama nasional dan internasional. Kepercayaan publik dan citra Faperta juga akan meningkat jika Faperta mengasilkan lulusan yang berkualitas, banyak berkontribusi dalam pemecahan masalah pertanian, mencerdaskan petani, melakukan pemberdayaan masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan petani, dan penyediaan lapangan kerja.

 

IPB telah mencanangkan program pengarusutamaan pertanian, yaitu memposisikan sektor pertanian ke dalam sistem perencanaan lintas sektor yang dapat terintegrasi menjadi strategi dan penentu keberhasilan pembangunan nasional.  Untuk itu berbagai program dan kegiatan yang terkait dengan pengabdian kepada masyarakat dan diseminasikan inovasi harus berhasil dan dapat menyakinkan berbagai pihak bahwa sektor pertanian dapat diandalkan untuk mengatasi berbagai masalah bangsa.

 

  1. Visi IPB 2014-2018 dan Visi FAPERTA 2030

Melalui Renstra 2014-2018, IPB telah menetapkan Visi sebagai berikut:

Menjadi Perguruan Tinggi berbasis Riset, bertaraf Internasional dan penggerak prima Pengarus utamaan pertanian.

sedangkan pada Renstra Faperta 2030, visi Faperta adalah sebagai berikut:

Fakultas Pertanian IPB merupakan lembaga pendidikan tinggi pertanian dan lembaga inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang unggul dalam memajukan pertanian tropika berkelanjutan dan menjawab tantangan pertanian masa depan, yang berperan aktif dan mempunyai kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan daya saing global Indonesia pada bidang pertanian, pengembangan IPTEKS dan sumberdaya manusia.

 

  1. VISI, MISI, TUJUAN dan STRATEGI FAPERTA 2015-2020

2.1. Visi Faperta 2015-2020

Berdasarkan pemahaman terhadap visi IPB dan visi Faperta 2030 serta pemahaman terhadap SWOT Faperta, maka visi antara pada Renstra Faperta 2015-2020 ini  adalah:

Menjadi fakultas yang berbasis riset, bertaraf internasional dalam bidang pertanian tropika, berdaya saing dan inovatif untuk mendukung pengarusutamaan pertanian.

2.2.  Nilai utama (core value)

Nilai utama yang dianut dalam menjalankan setiap kegiatan akademik dan manajemen menurut Renstra Faperta 2030 adalah: Mutu, Integritas, Kreativitas, Inovasi, dan Visi ke depan.

2.3. MISI Faperta 2015-2020

Berdasarkan pemahaman terhadap misi IPB dan misi Faperta 2030, maka misi antara pada Renstra Faperta 2015-2020 ini  adalah:

 

  1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi pertanian yang berkualitas untuk menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi
  2. Menyelenggarakan riset dan pengembangan IPTEKS untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan
  3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat melalui kepakaran yang dimiliki dan inovasi yang dihasilkan untuk mencapai kesejahteraan umat manusia.

 

2.4. TUJUAN Faperta 2015-2020

Berdasarkan tujuan pada Renstra IPB dan tujuan pada Renstra Faperta 2030, maka tujuan pada Renstra Faperta 2015-2020 adalah:

  1. Menghasilkan lulusan yang berkualitas, yaitu lulusan yang:
  2. a) mampu mengembangkan dan menerapkan IPTEKS, b) berdaya saing tinggi, c) memiliki etika, moral dan softskill yang baik, dan d) berjiwa kewirausahaan.
  3. Menghasilkan, dan mengembangkan IPTEKS melalui pendekatan inter dan multi disiplin yang partisipatif dan inovasi yang ramah lingkungan untuk mendukung pembangunan pertanian nasional yang berkelanjutan.
  4. Menjadikan Faperta siap melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan berbasis pada kepakaran yang dimiliki, diseminasi teknologi dan inovasi yang ramah lingkungan yang mampu mendorong kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
  5. Menjadikan Faperta memiliki sistem manajemen yang transparan, partisipatif, akuntabel untuk menunjang efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya.
  6. Menjadikan Faperta mampu melakukan kerjasama strategis, sinergis dan berkelanjutan bersama mitra.

STRATEGI Faperta 2015-2020

Berdasarkan analisis SWOT, maka untuk mencapai ke 5 tujuan di atas, ada 7 (tujuh) strategi yang akan dilaksanakan, yaitu:

1).    Meningkatkan Kualitas Pendidikan untuk meningkatkan Daya Saing Lulusan,

2).    Meningkatkan Kualitas Riset, Inovasi, Publikasi Ilmiah Nasional dan Internasional,

3).    Meningkatkan Kualitas Pengabdian kepada Masyarakat dan Diseminasi Inovasi,

4).    Melakukan Penguatan Sistem Manajemen Organisasi,

5).    Meningkatkan Jejaring Kerjasama dan Program Internasional,

6).    Melakukan Penguatan Hubungan Alumni dan Karakter Mahasiswa dalam Softskill, Keprofesian, dan Kewirausahaan, dan

7).    Meningkatkan Kesejahteraan Dosen dan Tenaga Kependidikan.

 

Di bawah ini menunjukkan interrelasi antara tujuan dalam Renstra Faperta 2015-2020 dengan strategi pencapaian (Gambar 7).  Pada Gambar 8 menunjukkan Bangunan Pilar Strategi untuk mencapai visi Renstra Faperta 2015-2020, sedangkan Gambar 9 menunjukkan  Interrelasi antara strategi untuk mencapai visi pada Renstra Faperta 2030, Renstra IPB 2014-2018 dan Renstra Faperta 2015-2020. Pada ketiga gambar tersebut dapat dilihat bahwa ada kaitan yang sangat erat antara tujuan dari Renstra 2015-2020 dengan strategi yang akan dilakukan untuk mencapai academic excellence dan visi Faperta serta ada kaitan yang erat antara Renstra 2015-2020 dengan Renstra IPB, dan Renstra Faperta 2030.  Gambar-gambar tersebut menunjukkan bahwa program kerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2015-2020 juga akan selaras dengan tujuan IPB dan tujuan Faperta.

 

 

Gambar 7.  Interrelasi antara tujuan pada Renstra 2015-2020  dengan strategi pencapaiannya.

 

Gambar 8. Bangunan Pilar Strategi untuk Mencapai Visi Renstra Faperta 2015-2020

 

Gambar 9.  Interrelasi antara strategi untuk mencapai visi pada Renstra Faperta 2030, Renstra IPB 2014-2018 dan Renstra Faperta 2015-2020

 

PROGRAM KERJA PENGEMBANGAN FAKULTAS PERTANIAN 2015-2020

Fakultas menurut PP No. 66 tahun 2013 tentang Statuta IPB pasal 67 ayat 1, berfungsi menyelenggarakan kegiatan dan penjaminan mutu akademik pada tingkat pendidikan sarjana, magister, dan doktor serta dharma lain dari tridharma dalam satu atau seperangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni. Berdasarkan  pemahaman fungsi fakultas tersebut, maka Program Kerja Faperta 2015-2020 sebagian besar diarahkan dalam kerangka penguatan departemen dan unit-unit dibawahnya.

 

Penetapan program kerja ini diawali dengan penyusunan Rencana Strategis Faperta tahun 2015-2020, dengan terlebih dahulu melakukan analisis SWOT untuk mengindentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi Faperta.  Analisi SWOT tersebut kemudian digunakan untuk menentukan strategi pencapaian. Setelah melalui pemahaman dari analisis SWOT dan sinkronisasi terhadap renstra IPB 2014-2018 serta Renstra Faperta 2030, kemudian ditentukan arah pengembangan Faperta 2015-2020 yang memuat Visi, Misi dan Tujuan dan strategi pencapaiannya.  Strategi pencapaian tersebut kemudian menjadi dasar dalam penyusunan program kerja selama 5 tahun ke depan. Program Kerja yang akan dilaksanakan pada setiap strategi adalah sebagai berikut:

 

 Strategi 1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan.

Program:

  1. Peningkatan mutu calon mahasiswa dari berbagai jalur masuk IPB.
  2. Peningkatan mutu layanan pendidikan pada seluruh strata
  3. inisiasi dan Pengembangan program studi baru S1, S2 dan S3
  4. Inisiasi pembentukan kelompok peneliti sosial dan ekonomi pertanian sebagai embrio terbentuknya Divisi dan Departemen Sosial dan Ekonomi Pertanian.
  5. Pengembangan Kebun Percobaan dan pembentukan teaching farm baru
  6. Peningkatan keikutsertaan dosen dalam kegiatan seminar dalam dan luar negeri
  7. Peningkatan penguasaan bahasa Inggris dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa
  8. Evaluasi dan pengembangan kurikulum secara periodik sebagai respons dari kebutuhan stake holder serta market signal
  9. Peningkatan kualitas perpustakaan dan koneksi internet
  10. Peningkatan kinerja penjaminan mutu di tingkat fakultas serta gugus kendali mutu di tingkat departemen
  11. Perbaikan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan
  12. Pengembangan program sertifikasi profesi
  13. Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran
  14. Akreditasi dan Sertifikasi Program Studi nasional dan internasional

 

Strategi 2. Meningkatkan  Kualitas dan kuantitas Riset, inovasi, serta publikasi ilmiah

Program:

  1. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana riset
  2. Pengembangan penelitian payung penelitian dan agenda riset Faperta
  3. Peningkatan jumlah riset yang didanai secara nasional maupun internasional
  4. Penguatan kualitas SDM dalam teknik-teknik laboratorium terkini
  5. Peningkatan resource sharing sumberdaya riset intra dan inter-departemen
  6. Akreditasi dan sertifikasi beberapa laboratorium
  7. Pengembangan pusat unggulan baru
  8. Peningkatan jumlah publikasi pada jurnal ilmiah nasional dan internasional
  9. Peningkatan kemampuan SDM dalam pembuatan proposal, penyusunan manuskrip dan publikasi
  10. Pengembangan jurnal ilmiah di departemen menuju akreditasi atau terindeks scopus.

 

Strategi 3. Meningkatkan mutu Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) dan Diseminasi Inovasi

Program:

  1. Pengembangan diseminasi teknologi dan inovasi pada skala ekonomi dalam rangka penyebarluasan dan penerapan IPTEKS
  2. Peningkatan kecepatan respons terhadap isue-isue nasional bidang pertanian
  3. Peningkatan peran Kuliah Kerja Profesi (KKP) dalam disiminasi IPTEKS pertanian kepada masyarakat perdesaan
  4. Pengembangan desa binaan Faperta

 

Strategi 4. Meningkatkan kesejahteraan dosen dan tenaga kependidikan

Program:

  1. Penguatan sumber pendapatan melalui satuan usaha akademik (SUA) dan Satuan Usaha Penunjang (SUP)
  2. Peningkatan perolehan dana untuk kesejahteraan
  3. Peningkatan kenyamanan kerja

 

Strategi 5. Memperkuat sistem manajemen

Program:

  1. Penguatan sistem perencanaan dan pengembangan Faperta
  2. Peningkatan keterendalan penjaminan mutu dalam input, proses dan output penyelenggaraan tridharma perguruan tinggi
  3. Peningkatan efektivitas organisasi dan tata kelola (keteraturan, kebersihan dan keindahan kampus)
  4. Penguatan Sistem pangkalan data berbasis sistem informasi dan website

 

Strategi 6. Memperkuat hubungan Alumni dan Karakter mahasiswa Faperta dalam softskill, keprofesian, dan kewirausahaan

Program:

  1. Peningkatan sumber-sumber beasiswa
  2. Peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan peningkatan softskill, kegiatan keprofesian mahasiswa dan kewirausahaan
  3. Peningkatan peran IKA-Faperta dalam kegiatan kemahasiswaan
  4. Pengembangan sistem komunikasi antara alumni dan almamater
  5. Penguatan kontribusi dan peran IKA-Faperta dalam pengembangan Faperta
  6. Pengembangan student center

 

 Strategi 7. Meningkatkan kerjasama dan Program internasional

Program:

  1. Pengembangan program kerjasama internasional bidang pendidikan(credit transfer, double degree, twinning program, training, summer course, internship, staff exchange, student exchange)
  2. Peningkatan kerjasama internasional bidang riset (overseas visiting scholar, sabbatical leave, postdoctoral, joint research, joint publication).
  3. Peningkatan kerjasama kepakaran dengan berbagai pihak dalam rangka pembangunan nasional
  4. Peningkatan jumlah kelas paralel dalam bahasa Inggris.
  5. Pelaksanaan Program Internasional Tropical Agriculture yang telah dirintis oleh beberapa Dekan Faperta terdahulu.

 

PENUTUP

 Renstra dan Program Kerja yang telah disusun di atas diharapkan dapat dipertimbangkan menjadi Renstra dan Program Kerja Faperta 2015-2020 setelah melalui penyempurnaan sesuai dengan saran dan masukan dari Senat Fakultas. Renstra dan Program kerja tersebut masih perlu dijabarkan lebih detil dalam sejumlah sub-program dan kegiatan, sasaran, indikator kinerja kuantitatif dan target tahunannya. Penjabaran tersebut seyogyanya melibatkan partisipasi departemen di lingkungan Faperta. Semoga Renstra dan Program Kerja yang disusun sebagai salah satu syarat menjadi Bakal Calon Dekan ini bermanfaat untuk pengembangan Faperta ke depan.