
Mengenal Tanaman Alternatif Sumber Bioenergi: Pongamia (Pongamia Pinnata L. Pierre) – Bagian 2
Mengenal Tanaman Alternatif Sumber Bioenergi: Pongamia (Pongamia Pinnata L. Pierre) – Bagian 2
Berbagai Penelitian tentang Pongamia
Berbagai aspek genomik, ekologi, koleksi dan budidaya Pongamia telah dilakukan di Australia dan India: nodulasi dan fiksasi nitrogen, analisis ekpresi gen, perbanyakan in-vitro dan in-vivo, analisis kandungan minyak dan protein biji, seleksi varietas yang memiliki adaptasi ekologi yang luas, dll. Informasi lebih lengkap tentang aspek-aspek yang telah diteliti dapat dibaca di tautan berikut ini
Pengolahan Minyak
Penelitian yang telah dilakukan di Laboratory of Bioorganic Chemistry, Department of Biotechnology, Indian Institute of Technology di Madras, India, melaporkan bahwa minyak mentah dari Pongamia diproses menjadi biodisel melalui proses transesterifikasi dengan methanol menggunakan KOH sebagai katalis. Konversi yang diperoleh dari minyak menjadi ester mencapai 90%. Dengan teknik ini sifat-sifat metil ester minyak pongamia yang diperoleh tidak kalah dari standar biodisel Jerman dan memenuhi standar yang ditetapkan ASTM (American Society for Testing and Materials), sebuah organisasi international yang menetapkan standard teknis dari berbagai bahan.
Tergantung jenis mesin dan campuran minyak yang dibutuhkan, setelah melalui proses ekstraksi minyak pongamia dapat juga digunakan secara langsung (straight vegetable oil, SVO).
Perbandingan Pongamia dengan Jarak
Perbandingan dari berbagai karaktek tanaman Pongamia dengan Jarak dapat dilihat pada tabel berikut:
Karakter | Jarak | Pongamia |
Ekosistem | Kering hingga agak kering | Agak kering hingga agak lembab |
Curah Hujan | Rendah hingga sedang (100-1000 mm) | Sedang hingga tinggi (500-2500 mm) |
Kondisi tanah | Berdrainase baik | Toleran terhadap air tergenang, tanah dengan kadar garam sedang atau pun berkapur |
Simbiosis dengan bakteri yang dapat mengikat Nitrogen dari udara | Tidak | Ya |
Sifat tumbuh | Umumnya menyemak | Pohon, namun dapat dikelola sebagai semak dengan cara pemangkasan teratur |
Penggunaan Daun | Tidak dapat menjadi makanan ternak | Tidak dapat menjadi makanan ternak; daun-daunnya dapat digunakan sebagai mulsa |
Saat panen | 3 hingga 6 tahun | 4-5 tahun; produksi biji meningkat dengan makin lebatnya kanopi pohon |
Masa produktif | 20-25 tahun | Dapat mencapai lebih dari 40tahun |
Panen | Buah harus diambil | Buah gugur dan diambil di permukaan tanah |
Kandungan minyak | 27-38% | 27-39% |
Penggunaan sisa ekstraksi biji (oil cake) | Sebagai pupuk organik, kandungan N 4.4%, P 2.09%, K 1.68%) | Sebagai pupuk organik, kandungan N 4%, P 1%, K 1% |
Penggunaan kayu | Tidak bisa digunakan sebagai kayu bakar | Dapat digunakan sebagai kayu bakar, 4600 k cal/kg |
Toksisitas | Toksik | Toksik |
Kerapatan tanam (pohon per ha) | 17000-3000 | 100-500 |
Sumber: (1) Liquid biofuels for transportation: India country study on potential and implications for sustainable agriculture and energy, Energy and Resources Institute, India; (2) India’s unique sources of fuel for electricity and transportation, UC Berkeley, USA.
Saat ini informasi dasar mengenai cara perbanyakan, budidaya, hasil yang dapat diperoleh dalam kondisi tropis basah Indonesia dan pengolahan minyak dari berbagai jenis tanaman yang potensial menjadi sumber biodisel masih perlu terus dikembangkan. Dengan demikian sangatlah penting meneliti lebih jauh tentang berbagaitanaman ini agar Indonesia memiliki alternatif sumber energi yang dapat diperbaharui yang berasal dari tumbuhan.
Document