
IPB Respon Cepat Ulat Grayak, Hama Baru pada Jagung di Indonesia
IPB Respon Cepat Ulat Grayak, Hama Baru pada Jagung di Indonesia
Depertemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB merespon cepat munculnya hama ulat Grayak baru yang menyerang tanaman jagung yang ditemukan di lapangan oleh Tim Proteksi Tanaman IPB . Respon cepat dilakukan dengan menyelenggarakan melalui Forum Grup Discussion (FGD) dengan tema “Respon Cepat Invasi Ulat Grayak Jagung : Strategi Pengendalian dan Rekomendasi Kebijakan yang dilaksanakan di Ruang Sidang 1 Proteksi Tanaman IPB, (15/7). Acara FGD dihadiri sejumlah pejabat IPB antara lain Kepala Departemen Proteksi Tanaman Dr. Suryo Wiyono, Dekan Fakultas Pertanian Dr.Suwardi, Kepala LPPM IPB- Dr Aji Hermawan dan dihadiri 70 orang dari berbagai kalangan diantaranya BIN, Badan Karantina, Dinas Pertanian dari Beberapa Propinsi : Jatim, Jateng, Jabar, Banten, Universitas : Unpad, Unand, UB, para LSM dan rekan media.
Munculnya ulat Grayak jagung (Spodoptera frugiperda) menyebabkan swasembada pangan jagung terancam. Ulat baru ini merupakan hama invasif, kemampuan merusak tinggi yang telah menyebar ke seluruh dunia dan merupakan pendatang baru di Indonesia. Menurut pakar IPB ahli hama tanaman Departemen Proteksi Tanaman, Dr. Dewi Sartiami, ulat Grayak ini pertama kali ditemukan menyerang lahan petanaman jagung di Pasaman Barat pada 26 Maret 2019 lalu dan telah menyebar ke berbagai wilayah. Hama ulat grayak jagung ini diketahui berasal dari Amerika Tengah, ulat ini kemudian diketahui menyebar ke Afrika dan dalam waktu singkat menyebar ke India dan menimbulkan kerusakan lahan jagung yang cukup parah. Selain itu, di Thailand juga dilaporkan terjadi serangan ulat ini.
Serangan hama ini sangat merugikan petani sebab menghancurkan pertanaman jagung dan mampu menyerang tanaman pada semua fase pertumbuhan. Sementara itu Ketua Departemen Proteksi Tanaman IPB, Suryo Wiyono mengungkapkan bahwa serangan hama ini sangat serius dan perlu penanganan yang serius. Hal ini perlu adamya rencana kontingensi dan dana darurat untuk menanggulangi situasi seperti ini. “Kepedulian, kewaspadaan dan tindakan terukur mengatasi masalah belum sepenuhnya tumbuh” ungkap Suryo. Dengan demikian hama penyakit yang baru masuk dapat segera ditangani dengan cepat agar terlokalisir dan tidak meluas. Sementara itu Suwardi menyampaikan pentingnya mekanisme penanganan hama atau penyakit baru yang sewaktu-waktu akan masuk ke Indonesia di masa mendatang. Aji Hermawan menekankan perlunya kerjasama dengan berbagai pihak untuk penangan hama atau penyakit dengan cepat.
Adapun menurut Ahli Hama IPB lainnya, Aunu Rauf, juga mengingatkan pentingnya tindakan penanganan sedini mungkin untuk mencegah penyebaran lebih luas. Aunu juga menyarankan pengendalian dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan. pengendalian sedapat mungkin dilakukan dengan pendekatan ramah lingkungan supaya ecosystem service tetap terjaga. dengan demikian pengendalian dapat dilakukan dengan dukungan lingkungan pertanian yang baik. “Pengendalian ini juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan musuh alami. pada hama ini juga ditemukan musuh alami berupa Parasitoid (Telenomus), Entomopathogen (Metharizium, NPV) salah satu contohnya” ungkap Aunu.
Sebagai upaya penanganan sementara, Dewi menyarankan kepada petani jagung untuk lebih memperhatikan lahannya, dan ketika ditemukan adanya ulat ini, maka harus dilakukan pembersihan secara mekanis dengan cara mengambil telurnya. “Kalau petani bisa memonitor lahannya dan bisa cepat melakukan pembersihan, peluang untuk tanaman selamat dari serangan bisa lebih besar,” pungkasnya.