Faperta IPB

RUMPUT

Atasi Permasalahan Budidaya Padi Dengan Aplikasi Android

NEWS

Atasi Permasalahan Budidaya Padi Dengan Aplikasi Android

[boc_heading]Atasi Permasalahan Budidaya Padi Dengan Aplikasi Android[/boc_heading]

Inovasi di bidang pertanian memang senantiasa harus terus ditingkatkan. Menilik jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 216 juta jiwa dengan angka pertumbuhan sebesar 1.7 % per tahun, angka tersebut mengindikasikan besarnya kebutuhan pangan.

 

Kebutuhan akan pangan yang terus membesar tersebut jika tidak diimbangi dengan peningkatan produksi tanaman pangan justru akan mengakibatkan bahaya latent, yaitu terjadinya peningkatan laju kemiskinan dan kelaparan secara signifikan. Topik mengenai produktivitas tanaman padi yang merupakan sumber utama pangan masyarakat Indonesia selalu menjadi sorotan utama karena peranannya yang erat dengan isu ketahanan pangan. Padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas masyarakat Indonesia bahkan dunia. Pemerintah mencanangkan program Surplus Beras 10 Juta Ton di Tahun 2014. Faktor penting dalam mensukseskan program tersebut adalah optimalisasi manajemen budidaya. Salah satu hal yang terpenting dalam manajemen budidaya padi adalah pemupukan.

Problema belum optimalnya manajemen budidaya padi merupakan tantangan bagi masyarakat Indonesia, khususnya mahasiswa pertanian untuk terus berupaya menciptkan inovasi sebagai tindakan solutif menghadapi permasalahan tersebut. Baru-baru ini kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Karya Cipta, Institut Pertanian Bogor, yang diketuai oleh Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, merancang software yang dinamakan ‘Analys’ (Android Nitro Analysis) yaitu software yang bisa membantu pengidentifikasian kebutuhan pupuk nitrogen yang berbasis handphone dengan memanfaatkan teknologi android yang sedang booming di tengah masyarakat. Perancangan softwere ini dilatarbelakangi oleh pengamatan tim mahasiswa tersebut yang menemukan di lapangan banyak petani yang tidak tepat dalam menghitung kebutuhan pupuk terutama pupuk nitrogen (Urea). “Di daerah saya sendiri banyak sekali petani yang masih melakukan pemupukan Urea secara tradisional, yaitu hanya berdasarkan informasi yang didapatkan secara turun temurun, dan berprinsip akan terus menambah jumlah pupuk selagi ada dana”. Ujar Baidowi, ketua tim dari PKMKC tersebut.

Seperti yang kita ketahui, nitrogen berperan penting dalam fase generatif dan vegetatif padi sehingga kekurangan dan kelebihan akan unsur hara tersebut akan mengakibatkan penurunan secara kualitas dan kuantitas produksi. Pemupukan nitrogen yang tidak tepat seringkali menjadi faktor berkurangnya produksi dan kurang efisiennya biaya pemupukan. Untuk mengetahui kebutuhan nitrogen yang tepat untuk padi, sebenarnya dapat diidentifikasi secara manual dengan alat yang dinamakan BWD (bagan analisis warna daun). Bagan analisis warna daun (BWD) merupakan alat petunjuk visual dalam mendiagnosis kondisi defisiensi nitrogen berdasarkan pembandingan warna daun dengan bagan analisis. Hasil dari pembandingan tersebut dapat menjawab kondisi aktual tanaman terhadap kebutuhan akan pemupukan nitrogen. Namun kelemahan teknologi ini memiliki adalah akses yang sulit sehingga tidak semua petani dan penyuluh dapat memanfaatkannya. Selain itu petani perlu mengeluarkan uang untuk membeli alat ini, serta kekurang praktisan dalam pemakaiannya menjadi faktor ketidak efesiensian BWD. Inovasi yang ditemukan oleh tim mahasiswa tersebut memiliki prinsip yang hampir sama dengan BWD. Namun, kelebihan dari softwere ini adalah dengan memanfaatkan kamera HP serta softwerenya yang dapat diunduh secara gratis oleh petani, penyuluh, mahasiswa, peneliti, dan masyarakat umum. Sehingga softwere ini dapat menjadi solusi dari teknologi BWD yang lebih praktis dan akses yang lebih mudah.

Interface Softwere ‘Analys’

“Program ini sebenarnya masih merupakan terobosan awal dari tim kami, ke depan kami masih perlu perbaikan yang terus menerus terutama peningkatan keakuratan dari softwere ini. Harapan dari program ini adalah dapat membantu permasalahan budidaya padi di Indonesia yang masih bermasalah di kegiatan pemupukan yang dilakukan petani” Ujar Hendrik, salah satu anggota dari tim PKM tersebut.

Muhammad Baidowi (A24090047)

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura

Document

[boc_img_gallery columns=”2″ fixed_size=”yes” image_ids=”25005″]