
Kiprah Dua Alumni Faperta IPB di Kalimantan Utara
Kiprah Dua Alumni Faperta IPB di Kalimantan Utara
Dekan Fakultas Pertanian Dr. Suwardi resmi melepas dua alumni lulusan Fakultas Pertanian IPB untuk melaksanakan kegiatan swakelola dengan instansi pemerintah dalam rangka uji coba lahan dan pendampingan untuk mensukseskan program percontohan pertanian terpadu di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara (13/5).
Fadhia Akmaliyah, alumni (Departemen Proteksi Tanaman) dan Devi Wijayanti (Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan) keduanya, merupakan lulusan Fakultas Pertanian Angkatan 51 yang diberi tugas untuk melaksanakan tugas pendampingan petani di Kalimantan Utara.
Selain untuk menantang diri sendiri dan ingin mengetahui kehidupan masyarakat transmigrasi, menurut Devi kegiatan ini dilakukannya untuk mengaplikasikan ilmu yang dipelajari sewaktu kuliah. “Saya ingin berkontribusi lebih besar lagi dalam pertanian skala besar, tanpa harus melewatkan kesempatan kali ini untuk mengedukasi petani.”Ungkapnya.
Sebagai mahasiswa pertanian kegiatan pendampingan tersebut perlu adanya kontribusi nyata dalam sektor pertanian, melihat potensi Kalimantan Utara sangat mendukung untuk dijadikan konsep pengembangan produksi pangan atau (food estate) dan sebagai contoh, pengembangan seperti komoditas padi tidak semestinya impor dari luar negeri.
Sama halnya dengan Fadhia, “kita harus merancang baik dalam pengembangan komoditas padi yang berkelanjutan, dengan program penelitian seperti ini diharapkan dapat meminimalisir impor dan dijadikan contoh untuk daerah lain, kami membuktikan bahwa pertanian di indonesia akan lebih maju.” Tegasnya.
Masyarakat Kabupaten Bulungan mayoritas bekerja sebagai petani, khusunya di kawasan satuan Pemukiman SP3 Tanjung Buka, Tanjung Selor dan Kabupaten Bulungan. Padi lokal seperti padi ikan yang sudah mereka tanam terjadi penurunan produktivitas, mereka hanya mampu menghasilkan padi kisaran 3 ton/ha. Hal tersebut dikarekankan para petani belum begitu memahami perawatan tanaman khusunya padi, apalagi mereka menanam padi dengan karakterisitik tanahnya yaitu sulfat masam.
Tanah sulfat masam perlu dikelola secara khusus dan tidak boleh dibiarkan dalam kondisi kering, oleh sebab itu tanah perlu dibenahi. “Meningkatkan produktivitas di tanah sulfat masam perlu diberikan tata kelola air dan budidaya padi yang berbasis ramah lingkungan, kami akan ujicobakan varietas padi yang berbeda dan diharapkan akan mendapatkan varietas paling adaptif untuk mengahasilkan produktivitas tinggi.”Kata Fadhia.
Lebih lanjut menurut Fadhia, para petani belum banyak mengetahui kadar pH dalam air yang dipakai untuk mengairi sawahnya. Tentunya hal ini menjadi kendala dalam penanaman padi di lahan pasang surut yakni rendahnya kesuburan tanah, karena tingkat kemasaman yang sangat tinggi, adanya senyawa beracun seperti Ae, Fe dan SO4, serta kekurangan unsur hara makro dan bahan organik yang belum terdekomposisi. “Tetapi hal terpenting yang menjadi faktor dalam pengelolaan penanaman padi di lahan sulfat masam yaitu pengaturan tata air yang harus dipantau dalam mengairi lahan.”Tandasnya.
Kegiatan program pendampingan petani ini sudah berjalan pada periode April hingga November 2019, namun keduanya baru ditugaskan pada bulan Mei tepatnya awal Ramadhan. Artinya mereka harus rela melewati Ramadhan dan lebaran tidak bersama keluarga. “Disamping mendapatkan pembelajaran hidup yang baru, demi memajukan petani di Bulungan, hasil terbaik dari kegiatan ini adalah mendapatkan nilai ibadah di mata Allah Swt.”Pungkas Fadhia dan Devi.