
Faperta IPB University Dampingi Pemda Bulungan Daftarkan PVT Padi Lokal
Faperta IPB University Dampingi Pemda Bulungan Daftarkan PVT Padi Lokal
Sebagai tindak lanjut dari Perjanjian Kerjasama antara Fakultas Pertanian IPB University dengan Bappeda Litbang Kabupaten Bulungan, Tim Peneliti Faperta IPB berkunjung ke Kab Bulungan melakukan serangkaian kegiatan untuk membantu mendaftarkan padi lokal khas Kabupaten Bulungan, dalam rangka perlindungan varietas ke Kementerian Pertanian RI. Tim IPB terdiri dari Arya Widura Ritonga, SP, MSi, Dosen Divisi Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, yang diperkuat oleh anggota peneliti yaitu Ahmad Zamzami Nasution, SP, MSi (Divisi Ilmu dan Teknologi Benih), Dr Ahmad Junaedi (Divisi Produksi Tanaman), serta Ir Hermanu Widjaja (Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan) dan Bonjok Istiaji, SP, MSi (Departemen Proteksi Tanaman). Tim Faperta IPB University bersinergi dan mendampingi Tim Teknis dari Dinas Pertanian Kabupaten Bulungan.
Kamis, 19 September 2019, Tim Faperta IPB berkoordinasi dengan Bappeda Litbang, diterima oleh Sekretaris dan Kasubid Bappeda Litbang. Pemda Bulungan menegaskan keinginan kuatnya untuk melindungi khasanah plasma nutfah khas Kabupaten Bulungan, sekaligus ingin mengangkat daya saing produknya sehingga bisa menjadi wahana peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Terlebih, penanaman padi lokal banyak diusahakan oleh petani masyarakat pribumi Kabupaten Bulungan. “Ke depan, produk khas padi lokal tersebut akan menjadi icon Kabupaten Bulungan, bisa menjadi hidangan dan oleh-oleh para tamu, yang tentunya diharapkan bisa juga ada perhatian untuk kesejahteraan bagi petani pelestari plasma nutfah dan pembudidayanya”, jelas Iwan.
Selanjutnya, pada Jumat 20 September 2019, Tim Faperta IPB mengunjungi lahan pertanaman padi lokal di Desa Teras Baru Kecamatan Tanjung Palas, serta Desa Antutan di Kecamatan Tanjung Palas. Masyarakat umumnya menanam beberapa jenis padi lokal diantaranya padi ikan dan padi keladi di lahan secara budidaya gogo namun dilakukan pada lahan yang akan menjadi basah pada musim penghujan, semacam lahan tadah hujan. Petani menanam dengan cara tugal dengan memasukkan benih, dan ada pula yang menanam secara tugal dengan memindahkan bibit yang disemai juga dengan sistem tugal di lahan secara budidaya gogo. Umumnya padi lokal tersebut ditanam di lahan ladang, yang penanamannya berpindah berselang 5 sampai lebih dari 10 tahun, kata Pak Herman, tokoh petani KTNA dari Desa Teras Baru yang rutin membudidayakan padi lokal. Sedangkan Pak Suhaimi dan Pak Amir di Desa Antutan, membudidayakan padi lokal di lahan sawah tadah hujan. Umur tanaman padi lokal ini bervariasi, ada yang sekitar 4 bulan seperti padi Intan, dan ada yang sekitar 6 sampai 7 bulan seperti padi ikan dan padi keladi. Tim IPB berkesempatan meninjau lahan dan berdiskusi praktik budidaya padi lokal dengan para petani, yang umumnya masih membudidayakan dengan input yang minim. (AJU).